Tragedi Prajurit Dua Lucky
- On
- InPolitics

Kematian Tragis Prajurit Muda yang Memicu Amarah dan Tuntutan Keadilan
Nagekeo, NTT — Prada Lucky Chepril Saputra Namo, prajurit muda berusia 23 tahun, menghembuskan napas terakhir pada Rabu (6/8/2025) di RSUD Aeramo, Mbay, Nagekeo, Nusa Tenggara Timur. Kepergiannya yang tragis, hanya dua bulan setelah dilantik sebagai anggota TNI, meninggalkan duka mendalam dan memicu kemarahan keluarga, khususnya sang ayah yang juga seorang prajurit.
Awal Kejadian dan Dugaan Penganiayaan
Peristiwa ini bermula pada 27 Juli 2025 malam, saat Lucky menjalani pemeriksaan oleh Staf-1/Intel terkait dugaan penyimpangan seksual. Keesokan paginya, ia sempat melarikan diri saat meminta izin ke toilet. Pencarian dilakukan oleh rekan-rekannya, dan pada pukul 10.45 WITA, Lucky ditemukan dan dibawa kembali ke markas.
Sekitar pukul 11.05 WITA, ia diperiksa di kantor Staf-1/Intel. Informasi yang beredar menyebutkan sejumlah senior datang dan memukulnya secara bergantian, menggunakan tangan kosong dan bahkan selang. Aksi kekerasan berlanjut pada 30 Juli dini hari, ketika empat prajurit kembali mendatangi Lucky dan memukulinya.
Perjalanan Terakhir di Rumah Sakit
Pada 2 Agustus, kondisi Lucky memburuk. Ia muntah-muntah, pucat, dan mengeluhkan nyeri di dada, perut, tangan, serta kaki. Puskesmas setempat merujuknya ke RSUD Aeramo karena hemoglobin rendah. Direktur RSUD Aeramo, Chandrawati Saragih, menyebut tubuh Lucky penuh lebam dan luka lecet. Kondisinya sempat membaik, namun pada 6 Agustus menurun drastis hingga harus menggunakan ventilator di ICU sebelum akhirnya meninggal dunia.
Investigasi TNI dan Penahanan Tersangka
Kodam IX/Udayana melalui Wakapendam Letkol Infanteri Amir Syarifudin mengonfirmasi bahwa 20 prajurit telah dimintai keterangan, dengan empat di antaranya diamankan. Keempat prajurit tersebut bertugas di kesatuan yang sama dengan Lucky dan kini ditahan di Subdenpom Ende. Pangdam IX/Udayana, Mayjen TNI Piek Budyakto, disebut sangat kecewa dan marah atas insiden ini. TNI menegaskan, prajurit yang terbukti bersalah akan dijatuhi sanksi tegas hingga pemecatan.
Amarah Sang Ayah
Ayah korban, Serma Christian Namo, tak mampu membendung kemarahannya. Dalam pernyataannya yang emosional, ia menuntut hukuman mati bagi pelaku. Christian bahkan menyatakan siap mempertaruhkan nyawa demi keadilan anaknya.
“Nyawa dibayar nyawa itu masih kecil. Kalau bisa semua dihukum mati. Biar tidak ada Lucky-Lucky lain. Anak tentara saja dibunuh, apalagi yang lain,” tegasnya.
Ia juga mengancam akan membakar bendera Merah Putih dan menyerukan pembubaran negara jika keadilan tak ditegakkan. Pernyataan ini disampaikan di hadapan aparat saat menjemput jenazah anaknya di Bandara El Tari Kupang.
Peringatan untuk Dunia Militer
Kasus ini menjadi sorotan publik dan mengundang pertanyaan besar mengenai kekerasan di lingkungan militer, terutama terhadap prajurit baru. TNI berjanji akan menjalankan investigasi secara transparan dan menyerahkan keputusan akhir kepada hakim. Namun, keluarga korban dan masyarakat luas menunggu pembuktian nyata dari janji tersebut.
Tragedi ini menjadi pengingat pahit bahwa disiplin dan kehormatan di tubuh militer tidak boleh dikotori oleh tindakan brutal antaranggota. Keadilan bagi Prada Lucky kini menjadi ujian besar bagi institusi TNI, sekaligus titik harapan agar tidak ada lagi nyawa muda yang hilang sia-sia di tangan rekan sendiri.
Newsletter Updates
Enter your email address below and subscribe to our newsletter